>
![]() |
| Ilustrasi AI |
Pacitansatu.com -Perkembangan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) terus memengaruhi berbagai sektor, termasuk dunia usaha kecil dan menengah. Meski demikian, pemahaman para pelaku UMKM mengenai fungsi dan tujuan AI masih tergolong terbatas.
Dalam sebuah diskusi santai melalui grup WhatsApp MicroMentor Mentorship by Mastercard Strive Indonesia, para mentor Indonesia berdialog dengan Sepri Situmeang, tenaga teknis bidang strategi promosi dan pemasaran FTA Support Center Jakarta. Forum tersebut menjadi ruang berbagi pengetahuan mengenai pemanfaatan teknologi digital di sektor usaha (14/11/25). MicroMentor sendiri merupakan platform mentoring bisnis online yang menyediakan pendampingan bagi pelaku usaha. Di Indonesia, platform ini dikelola oleh program Mastercard Strive Indonesia di bawah Yayasan Mercy Corps Indonesia sebagai bagian dari Mercy Corps Global Group. Mengawali diskusi, Sepri memaparkan bahwa AI saat ini telah terintegrasi dalam banyak aspek kehidupan. Namun, ia menilai bahwa sebagian besar UMKM masih menggunakan teknologi tersebut tanpa memahami esensinya secara utuh. “AI adalah asisten kita dalam bentuk digital dan teknologi,” kata Sepri. Ia menekankan bahwa kecerdasan buatan hanya akan efektif jika penggunanya memahami prinsip kerja teknologi tersebut. Ia menjelaskan bahwa AI memiliki berbagai fungsi, mulai dari pengolahan data dalam jumlah besar, analisis tren pasar, hingga otomatisasi pekerjaan administratif. Menurutnya, fitur-fitur ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan performa bisnis. Sepri menambahkan bahwa teknologi digital mampu meningkatkan efisiensi dan kualitas kerja. Dengan pemanfaatan yang tepat, pelaku usaha dapat menghemat waktu, memperbaiki sistem kerja, dan memperluas jangkauan pasar. Meskipun begitu, ia mengingatkan bahwa AI tidak diciptakan untuk menggantikan peran manusia sepenuhnya. “Kita harus lebih cerdas dari AI dan memahami fungsinya agar tidak terjebak pada pemikiran yang keliru,” ujarnya. Ia menekankan bahwa manusia tetap memegang peran sebagai pengambil keputusan utama. AI hanya bertindak sebagai alat bantu yang mendukung keputusan berdasarkan data yang diolahnya. Lebih lanjut, Sepri menyampaikan pentingnya adaptasi sebagai respons terhadap perkembangan teknologi yang tidak dapat dihindari. Menurutnya, kemampuan beradaptasi menentukan keberlanjutan bisnis di era digital. “Kita tidak bisa menghentikan perkembangan AI, jadi kita harus belajar untuk menggunakannya dengan cerdas,” tuturnya. Ia menambahkan bahwa dirinya sudah mulai menerapkan berbagai tools AI dalam pekerjaan sehari-hari. Dalam diskusi tersebut, Sepri membagikan contoh implementasi AI melalui analisis Pareto untuk meningkatkan target penjualan. Menurutnya, pemetaan data yang dilakukan AI dapat membantu menciptakan strategi penjualan yang lebih terarah. “Teknologi atau robot tidak menggantikan manusia, tetapi bersamaan dan saling melengkapi,” jelasnya. Ia mendorong para mentor MicroMentor Indonesia untuk mengarahkan UMKM agar memahami potensi teknologi sebelum menggunakannya. Sepri juga menyampaikan bahwa peran pemimpin usaha sangat penting dalam menentukan keberhasilan penerapan AI. Pemimpin yang memahami teknologi akan lebih siap dalam menghadapi tantangan bisnis. Ia menilai bahwa adaptasi digital harus dilakukan lintas generasi, termasuk milenial maupun baby boomer. Transformasi industri 5.0 menuntut kesiapan semua kelompok usia untuk mempelajari teknologi baru. “Kita harus bertransformasi dan beradaptasi dengan penggunaan tools AI secara bijaksana untuk bertumbuh dan maju,” katanya. Ia menegaskan bahwa kemauan untuk berubah menjadi langkah awal menghadapi disrupsi. Dengan pemanfaatan yang tepat, Sepri percaya bahwa AI dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat serta mendukung tumbuhnya usaha kecil. Teknologi ini dapat membantu menyelesaikan pekerjaan yang rumit dengan lebih cepat. “AI adalah alat bantu yang sangat bermanfaat, tetapi kita harus menggunakannya dengan bijak,” pungkas Sepri dalam diskusi tersebut. Ia mengajak para mentor dan UMKM Indonesia untuk memanfaatkan teknologi sebagai peluang, bukan ancaman. (af) |



