Notification

×

Iklan desktop utama

Buy template blogger

Iklan Utama Mobile

Buy template blogger

Lentera Persyarikatan di Tanah Selatan

Senin, 08 Desember 2025 | Desember 08, 2025 WIB Last Updated 2025-12-08T10:00:42Z
>

 

Devi Indi Astuti (Nasyiatul Aisyiyah), Eki Marga Rama (Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah), Dewi Mutmainah (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) penerima piagam antikorupsi 2025 (ek)






Pacitan menjadi saksi sebuah peristiwa yang menghangatkan sanubari. Di Gedung Gasibu Swadaya, tiga kader Muhammadiyah menerima Piagam Antikorupsi 2025 (06/12/25)—penanda bahwa nilai amanah yang diwariskan KH. Ahmad Dahlan terus berdenyut dalam kehidupan generasi baru.



Ruang itu memancarkan suasana hening namun bermakna. Sorot lampu seakan menghidupkan kembali teladan Kiai Dahlan tentang kejujuran, ketegasan moral, dan kerja kebajikan yang tidak menunggu sorotan. Nilai yang dahulu diterapkan dalam gerakan pembaruan kini hadir dalam sikap para penerima penghargaan.



Penyerahan piagam yang dilaksanakan Inspektorat, Kejaksaan Negeri, dan Kepolisian Pacitan menjadi momentum kolaborasi menjaga etika publik. Selain kader persyarikatan, 11 desa turut dianugerahi penghargaan serupa sebagai bukti bahwa integritas dapat tumbuh di berbagai pelosok.



Tri Esti, Pengawas Pemerintahan Muda Inspektorat Pacitan, mengawali sambutan dengan pesan bernada teduh.
“Integritas bermula dari keberanian mengambil langkah pertama. Hari ini, langkah itu tampak jelas,” ujarnya.



Pada sesi utama acara, diumumkan tiga penerima dari Muhammadiyah:
Devi Indi Astuti (Nasyiatul Aisyiyah), Eki Marga Rama (Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah), dan Dewi Mutmainah (Ikatan Pelajar Muhammadiyah). Ketiganya berdiri sebagai representasi kesinambungan kader: dari pelajar, pemudi, hingga pemuda. Mereka membawa bukti bahwa nilai-nilai persyarikatan tetap terpelihara lintas generasi.



Kepala Kejaksaan Negeri Pacitan, Budi, menyampaikan pesan yang menguatkan komitmen bersama.
“Seruan ‘Satukan Aksi Basmi Korupsi’ adalah panggilan moral. Bangsa ini hanya mampu bertahan jika bebas dari penyimpangan,” katanya.



Sekretaris Daerah Pacitan Heru menambahkan pentingnya penanaman etika sejak usia muda.
“Generasi penerus memerlukan ruang untuk mengekspresikan semangat antikorupsi melalui karya dan tindakan langsung,” tuturnya.



Acara dilanjutkan dengan penetapan sepuluh pemuda Jawa Timur penerima Piagam Antikorupsi 2025. Mereka berasal dari latar organisasi berbeda, namun memiliki tujuan searah: menjaga masa depan bangsa dari perilaku merusak.



Sebagai salah satu penerima, Eki Marga Rama menyampaikan apresiasi kepada seluruh elemen Muhammadiyah dan masyarakat.
“Terima kasih atas dukungan yang terus menguatkan langkah kami. Penghargaan ini menjadi motivasi untuk merawat gerakan edukasi sosial antikorupsi 2025,” ungkapnya.

Ia menambahkan pesan bagi kader muda persyarikatan.
“Pemuda Muhammadiyah wajib menjaga amanah dengan tindakan nyata,” ucapnya.



Menutup sesi apresiasi, Tri Esti kembali menyampaikan pandangannya.
“Para penerima piagam menunjukkan bahwa generasi baru telah memahami pentingnya kejujuran sebagai fondasi pembangunan,” katanya.



Seluruh rangkaian acara menegaskan bahwa gerakan antikorupsi merupakan kerja budaya dan keteladanan. Kegiatan ini terwujud melalui kolaborasi Disparbudpora dan Inspektorat Pacitan yang memberikan ruang pembinaan bagi para pemuda.



Hari itu, Pacitan tidak hanya menghargai prestasi, tetapi juga merayakan tumbuhnya harapan. Dari gedung sederhana di Tanah Selatan, Muhammadiyah menegaskan kembali perannya sebagai penjaga nilai yang diwariskan Kiai Dahlan—menyala, menerangi, dan memandu langkah bangsa.

Sebuah persembahan hening namun bermakna, mengingatkan Indonesia bahwa kejujuran masih berdiam di hati para kader, dan lentera persyarikatan tetap terjaga. (af)

×
Berita Terbaru Update