>
Oleh: Sri Aningsih – Mahasiswa Magister Manajemen UNMUH Ponorogo/Kepala MAM Bandar
Dokumentasi Company Visit Prodi Manajemen Magister Manajemen
Pada kesempatan yang sangat berharga ini, saya bersama rekan-rekan mahasiswa Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Ponorogo berkesempatan melakukan kunjungan industri ke PT Ajinomoto Indonesia, PT. Ajinex International Mojokerto Factory, kamis (11/9/2025) yang berlokasi di Mojokerto.
Kunjungan ini bukan hanya menjadi pengalaman akademik semata, namun juga menjadi refleksi spiritual bagi saya pribadi. Betapa nilai-nilai Islam sesungguhnya bisa diimplementasikan dengan nyata dalam dunia industri dan korporasi modern.
Hal pertama yang langsung mencuri perhatian saya adalah kebersihan lingkungan pabrik yang luar biasa. Tidak terlihat sampah berserakan di area manapun. Setiap sudut tertata rapi dan bersih, mencerminkan manajemen yang terstruktur dan penuh tanggung jawab. Bahkan lebih dari itu, saya sangat terkesan karena tidak ada limbah yang dibuang ke luar lingkungan. Semua sampah diolah kembali, menunjukkan kepedulian perusahaan terhadap kelestarian alam dan lingkungan hidup.
Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan, dan Dia menyukai kebersihan, kemurahan hati dan kedermawanan." (HR. Muslim)
Kebersihan yang saya saksikan di Ajinomoto bukan hanya bersifat fisik, tapi juga mencerminkan sikap profesional dan etika kerja yang sangat islami. Semua karyawan terlihat berpenampilan bersih dan rapi, menjadikan tempat kerja sebagai ladang ibadah yang layak dan terhormat.
Tak hanya dari sisi kebersihan dan pengelolaan lingkungan, Ajinomoto juga menunjukkan kepedulian besar terhadap kesehatan masyarakat, melalui program “Healthy Tasty Life”. Program ini menjadi solusi atas berbagai isu kesehatan masyarakat seperti kelebihan garam, obesitas, anemia, dan stunting. Program ini dijalankan dengan tiga pilar utama:
1. Produk dan menu bergizi
2. Pengetahuan dan literasi gizi masyarakat
3. Olahraga dan gaya hidup sehat
Program ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak hanya fokus menjual produk, tetapi juga berkontribusi membangun masyarakat yang sehat dan berkualitas. Ini sangat sejalan dengan konsep maslahah dalam Islam, yaitu memberi manfaat sebesar-besarnya bagi umat.
Selain itu, Ajinomoto juga menjalankan kampanye "Bijak Garam", yakni upaya cerdas untuk mengurangi konsumsi garam tanpa mengorbankan cita rasa makanan. Dengan teknologi dan inovasi produk, Ajinomoto membuktikan bahwa rasa lezat tetap bisa didapatkan tanpa membahayakan kesehatan.
Dalam sesi pemaparan oleh Bapak Joko selaku Humas Ajinomoto, saya mendapatkan satu prinsip yang sangat berkesan:
“Ajinomoto bukan hanya membuat produk, tetapi juga menyenangkan orang.”
Pernyataan ini mengingatkan saya pada ajaran Islam untuk selalu memberi manfaat dan kebahagiaan bagi sesama. Seperti sabda Nabi Muhammad SAW:
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." (HR. Ahmad)
Kesan islami lainnya juga sangat nyata terlihat ketika waktu sholat tiba. Karyawan beragama Islam langsung menuju mushola yang telah disediakan perusahaan. Sarana ibadah tersedia dengan baik dan bersih, serta memungkinkan para pekerja untuk tetap menjaga hubungannya dengan Allah di tengah kesibukan kerja. Ini membuktikan bahwa Ajinomoto menghargai nilai-nilai spiritual dan keberagaman agama di lingkungan kerja mereka.
Yang tidak kalah penting, selama kunjungan, kami disambut dengan sangat ramah dan terbuka. Setiap pertanyaan dijawab dengan sabar, setiap kebutuhan kami dipenuhi dengan sigap. Sikap ramah tamah ini mencerminkan budaya kerja yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan ukhuwah (persaudaraan), sebuah nilai yang sangat dijunjung tinggi dalam Islam.
Kesimpulannya, kunjungan ini tidak hanya memberikan pelajaran tentang manajemen modern dan industri makanan, tetapi juga memperlihatkan bagaimana nilai-nilai Islam dapat diterapkan secara nyata di dunia kerja. Kebersihan, kepedulian terhadap kesehatan dan lingkungan, penghargaan terhadap waktu ibadah, serta sikap ramah kepada tamu adalah praktik nyata dari ajaran Islam yang bisa diterapkan oleh siapa saja, di mana saja.
Semoga pengalaman ini menjadi inspirasi, bahwa menjadi profesional tidak harus meninggalkan nilai-nilai agama. Justru, dengan menjadikan Islam sebagai dasar etika, kita bisa menciptakan dunia kerja yang lebih baik, manusiawi, dan penuh keberkahan.




