Notification

×

Iklan desktop utama

Buy template blogger

Iklan Utama Mobile

Buy template blogger

Duka di Tanah Sumatra: Ketika Banjir dan Longsor Menelan 708 Jiwa dan Memaksa 1,1 Juta Warga Mengungsi

Selasa, 02 Desember 2025 | Desember 02, 2025 WIB Last Updated 2025-12-02T15:38:23Z
>

 

Ilustrasi gambar menggunakan teknologi AI 



Pacitansatu.com -Di tengah derasnya hujan yang terus mengguyur wilayah Sumatra sepanjang akhir November hingga awal Desember 2025, gelombang kepanikan dan kesedihan menyelimuti masyarakat Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Di balik reruntuhan tanah dan terputusnya akses jalan, angka korban terus bertambah, menciptakan gambaran pilu tentang bencana terbesar yang memukul Sumatra dalam beberapa tahun terakhir.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada 2 Desember 2025 merilis pembaruan data yang mengejutkan publik. Sebanyak 708 jiwa tercatat meninggal dunia, sementara 499 orang masih dinyatakan hilang di tiga provinsi terdampak. Angka korban yang terus meningkat menggambarkan betapa ganasnya longsor yang datang tiba-tiba serta banjir besar yang merendam permukiman warga.

Sorotan utama mengarah ke Aceh, di mana genangan banjir dan longsoran tanah menimbun sejumlah desa. BNPB mencatat sedikitnya 218 orang meninggal, sementara 227 warga lainnya belum ditemukan. Operasi pencarian terkendala cuaca buruk dan kondisi medan yang tertutup lumpur tebal, memaksa tim SAR bekerja ekstra keras untuk menembus area yang sulit dijangkau.

Di Sumatera Utara, situasinya tak jauh berbeda. Derasnya arus sungai yang meluap dan pergerakan tanah membuat 294 warga kehilangan nyawa, sedangkan 155 orang dinyatakan hilang. Banyak rumah terseret arus, menyisakan puing dan kenangan yang hilang tanpa jejak.

Sementara itu, Sumatera Barat menghadapi pukulan berat dengan 196 korban meninggal dan 117 orang hilang. Wilayah perbukitan di provinsi ini menjadi titik rawan longsor yang memutus jalur utama serta mengisolasi banyak nagari dari bantuan logistik.

Namun angka-angka itu bukan satu-satunya sorotan yang memperlihatkan besarnya dampak bencana ini. BNPB menegaskan bahwa sekitar 1,1 juta warga terpaksa mengungsi, mencari tempat aman dari ancaman susulan banjir dan pergerakan tanah. Aceh menjadi wilayah dengan jumlah pengungsi terbesar, yakni sekitar 449.600 orang, yang kini memenuhi posko-posko darurat, masjid, sekolah, dan gedung pemerintahan.

Kerusakan infrastruktur juga menjadi perhatian serius. Banyak jembatan dan fasilitas umum rusak, sementara jalur transportasi di sejumlah titik sempat tak bisa diakses. Meski demikian, pada awal Desember beberapa akses — termasuk jalur Medan–Aceh Tamiang — mulai kembali dibuka setelah kerja berat tim gabungan BNPB, TNI, dan relawan yang membersihkan material longsor sepanjang jalan.

Data BNPB sebelumnya menunjukkan angka korban yang jauh lebih kecil, namun perkembangan dari hari ke hari membuktikan bahwa skala bencana ini jauh lebih besar dari perkiraan awal. Cuaca ekstrem dan intensitas hujan membuat upaya pencarian korban harus dilakukan dengan penuh kewaspadaan.

Dalam situasi genting ini, perhatian publik tertuju pada kerja kemanusiaan yang sedang berlangsung. Di balik angka-angka yang terus bertambah, ada wajah-wajah keluarga yang menanti kepastian tentang orang-orang yang mereka cintai. Ada harapan yang dipertaruhkan, dan ada perjuangan besar untuk bangkit dari lumpur bencana. (af)

×
Berita Terbaru Update